Rebutan part 2

rea
6 min readAug 1, 2023

--

[ chatroom ]

“besok lo ikut ke birthday party-nya si Nella?” -jean

“Ikut”

“Lo?” -hazel

“Kalo lo ikut ya gue ikut” -jean

“Dih ikut2 lu” -hazel

“Ya kan bestie gua cuman lu” -jean

“Wkwk serah lo” -hazel

“Dandan yang cantik ya”

“Besok gue jemput jam 7” -jean

“Iyaaa” -hazel

Tiba saatnya hari birthday party-nya Nella. Hazel sudah siap, tinggal mengambil tas dan buru-buru memakai sepatu kala mendengar suara klakson mobil Jean dari depan rumahnya.

Jean menatap Hazel yang membuka pintu mobilnya. Ditatapnya lekat-lekat sang empu yang selama ini menjadi alasan mengapa hatinya tidak pernah menerima oranglain selain dia.

Hazel yang sudah duduk manis bingung dengan tingkah Jean yang terus menatapnya tanpa mau mengalihkan pandangannya sedikitpun.

“Je? Lo kenapa?” Hazel melambaikan tangannya di depan wajah Jean.

“Lo… cantik,” ucap Jean tanpa sadar.

“Hah?”

“Eh engga, lupain aja.”

Mana bisa Hazel disuruh melupakannya. Bahkan sampai mereka sudah tiba di tempat yang dituju pun Hazel masih kepikiran oleh kata-kata yang tak sengaja Jean lontarkan itu.

Pesta ulang tahun itu dilaksanakan dengan sangat meriah mengingat Nella adalah salah satu murid tajir di sekolah.

Kini saatnya gadis itu memberikan sepatah dua patah kata kepada semua orang yang sudah datang ke acaranya malam itu.

“….sekali lagi gue ngucapin makasih banyak buat yang udah dateng, makasih juga buat hadiah-hadiahnya……”

Nella masih terus berbicara sampai seorang laki-laki berjalan mendekati Nella.

“…dan terakhir, gue mau ngumumin kalo gue sama Jeo baru aja jadian…”

Riuh suara tepuk tangan menyebar bersamaan dengan kedatangan seorang laki-laki yang dari awal Nella bicara sudah menunggu di samping panggung.

Setelah Nella selesai berbicara, seseorang mengambil alih microphone yang dipegang Nella. Hazel menatap orang itu. Fellen.

Fellen dengan penampilan yang sangat tampan, membawa sebuket bunga di tangan kirinya, mulai berbicara.

“Ya halo guys… gue disini udah izin sama Nella. Berdirinya gue disini, gue mau nembak seseorang yang udah lama mengisi hati gue…”

Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Beberapa ada yang memandang pada Hazel karena sebagian dari mereka tahu jika Fellen dekat dengan Hazel.

Sedangkan Jean, ia merasa hawanya mulai tak enak. Fellen mau nembak Hazel?

“…dan sekarang, orang itu ada di ujung sana, di belakang sana. Orang yang berdiri di samping Jean. Hazel.”

Fuck. Apa yang dipikirkan Jean ternyata benar. Fellen sekarang sedang berjalan menghampiri Hazel. Sedangkan Hazel, ia sangat terkejut dan tidak tahu harus bagaimana.

Dapat Jean lihat, Fellen yang berlutut di depan Hazel dengan sebuket bunga yang ia arahkan tepat di depan Hazel. Semua orang yang lihat pasti akan terbawa suasana.

“Gue ga akan basa basi lagi, Zel.”

Fellen sengaja memberi jeda dan menarik napasnya dalam.

“Lo mau ga jadi pac – ”

“JEAN!”

Ucapan Fellen terhenti. Semua orang, termasuk Fellen, benar-benar terkejut dengan apa yang mereka saksikan di depan mata mereka.

Jean dengan nekat mencium bibir Hazel di depan semua teman-temannya. Suasana yang mulanya terdengar riuh, sekarang menjadi hening.

Hazel membolakan matanya kala Jean menciumnya secara tiba-tiba. Ia membeku. Seolah-olah ciuman yang Jean berikan telah menghipnotisnya.

Tak lama, Jean melepas pagutannya dan menatap semua orang yang ada disana lalu berakhir menatap Fellen.

“Sori, Fel. Hazel pacar gue.”

Dengan tatapan sendu, Hazel menarik tangan Jean. Membawanya keluar dari tempat itu.

Plak!

Suara tamparan terdengar sangat nyaring begitu Jean dan Hazel sudah meninggalkan tempat yang ramai itu.

“LO APA APAAN SIH JE?! LO UDAH KETERLALUAN NYIUM GUE SEENAKNYA DI DEPAN SEMUA ORANG!”

Amarah Hazel membuncah. Ia sungguh kecewa dengan perlakuan Jean di pestanya Nella tadi. Ia benar-benar tidak habis pikir.

“Gue suka sama lo, Zel. Dari kita masih SMP. Kenapa lo ga pernah nyadar? Gue gamau lo diambil sama Fellen. Gue terpaksa ngelakuin itu biar Fellen ga nembak lo!”

“Kenapa lo ga bilang dari dulu? Kenapa lo ngebiarin gue deket sama Fellen? Kenapa lo setega ini sama gue, Je?!”

Hazel sudah hampir menangis. Ia benar-benar tidak menyangka Jean selaku sahabatnya melakukan hal semenjijikkan ini.

“Gue gamau ngerusak pertemanan kita, Zel. Gue takut, makanya gue jadi egois gini. Maaf.”

“Bukan ini yang gue harapkan, Je. Lo udah mempermalukan gua di depan temen-temen kita. Gue kecewa sama lo. Gue benci sama lo.”

Setelah mengatakan itu, Hazel pergi dengan tangisan yang sudah ia tahan sedari tadi dan perasaan yang teramat sakit ia rasakan. Meninggalkan Jean yang tertunduk di tempat.

Seminggu setelah kejadian mengenaskan itu telah berlalu. Hubungan Jean dan Hazel masih belum membaik walaupun mereka terlihat seperti sudah tidak bermusuhan lagi, tetapi mereka berdua masih belum berani untuk saling menyapa.

Sejujurnya Hazel merindukan sosok Jean disampingnya. Ia tidak bisa hidup tanpa kehadiran Jean seperti hari-hari sebelumnya. Ia rindu berangkat sekolah bersama Jean.

Lalu, seminggu belakangan ini Hazel berangkat dengan siapa? Siapa lagi kalau bukan Fellen. Jika kalian menanyakan hubungan Fellen dan Hazel, Fellen sebetulnya kecewa dengan acara mereka waktu itu. Namun, ia tidak memiliki hak untuk membenci Hazel maupun Jean.

Fellen hanyalah orang baru yang secara tiba-tiba masuk ke kehidupan Hazel dan Jean dan malah memberikan kenangan buruk untuk hubungan mereka berdua.

“Hiks… gue kangen Jean, Fel.”

Fellen mengeratkan pelukannya kala ia merasa isakan tangis si manis makin menjadi. Hazel sedang berada di rumah Fellen sekarang. Menumpahkan segala beban pikirannya semenjak Jean dan Hazel menjauh.

“Zel, tolong jangan bohongin perasaan lo lagi. Kejar Jean lagi. Gue tau hati lo cuma buat Jean, bukan gue.”

Isakan Hazel menjadi semakin keras lantaran ia mendengar kalimat Fellen barusan.

“Maafin gue, Fel.”

Fellen tidak merespon. Ia hanya diam sambil terus mengusap punggung Hazel agar ia merasa lebih tenang.

Hari ini adalah hari minggu. Hazel rasanya bosan sekali hanya berdiam diri di rumah. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Jean.

[ chatroom ]

“Je”

“Gue minta maaf”

“Gue kangen banget sama lo”

“Bisa ketemu ga?” -hazel

sent.

Tidak ada balasan dari Jean. Ntah kenapa rasa sakit hati Hazel masih belum sirna. Ia terus memikirkan Jean. Rasanya seperti ingin mati saja jika tidak ada Jean.

“Je…”

Tangisan Hazel pecah. Ia benar-benar merasa kehilangan. Ia juga tak mengerti mengapa ia bisa selemah ini. Ia sudah berusaha mencari Jean di kelasnya namun nihil. Dirinya tak pernah muncul lagi dihadapan Hazel.

3 hari kemudian…

“Fel cepetan sini jemput gue, bawaan gue banyak gue gabisa bawa sendiri,” ucap Hazel pada Fellen di telfon.

“Disana ada siapa? Lo beneran sendirian?” tanya Fellen.

“Iya Fel. Gue ga kenal siapa-siapa disini. Mana dingin banget.”

“Yaudah tunggu bentar gue otw,” final Fellen.

Hazel sedang berada di pusat perbelanjaan. Ia biasanya selalu datang kesini bersama Jean. Namun, kali ini ia nekat pergi sendiri dan naasnya, ia tidak bisa membawa semua barang-barang yang ia beli sendiri.

Sudah 1 jam Hazel menunggu. Namun, batang hidung Fellen masih belum terlihat tanda-tanda akan muncul. Hari sudah malam. Suhu disana sudah semakin dingin.

“Duh.. kok Fellen lama banget sih,” gumam Hazel.

Ia memandang layar hpnya. Terpampang roomchat Jean yang masih belum terbalas semenjak 3 hari yang lalu. Hazel menghela napasnya dan kembali menelfon Fellen.

“Ayo Fel, angkat dong….”

“Hazel,” seseorang menyapa Hazel dari arah belakang.

Hazel yang masih menunggu jawaban telfon dari Fellen membalikkan badannya. Betapa terkejutnya ia sekarang. Menatap sosok yang ia rindukan selama seminggu belakangan ini.

Perlahan, genggaman telfonnya melemah. Begitu juga dengan air matanya yang tanpa permisi langsung mengalir menuruni pipinya.

“Jean…..”

Jean tersenyum manis menatap Hazel. Jean langsung buru-buru menghampiri Hazel yang sudah sesegukan. Dibawanya kepelukan. Tangan satunya mengusap kepala si submissive dengan lembut.

“Je… lo kemana aja sih? Kenapa telfon gue ga diangkat? Kenapa lo menghilang dari gue?”

Hazel mengucapkan itu semua dengan posisi masih memeluk Jean erat. Jean menangkup wajah sembab Hazel. Membawanya hingga mata mereka bertemu.

“Maafin aku, Zel. Aku ga akan ninggalin kamu lagi,” ucap Jean lirih.

Hazel menarik napas.

“Aku sayang kamu, Je,” ucap Hazel cepat dan langsung menyembunyikan wajahnya di dada Jean.

Ia malu.

“Hah? Kenapa Zel?” Jean menggoda Hazel.

Hazel menggeleng cepat.

“Kamu ngomong apa sayang? Aku ga denger,” ucap Jean pake aku-kamu jiakhhh

“JEEEE”

Hazel udah malu berat digodain sama Jean. Udah mana tadi dia ngomong pake ‘sayang’ lagi. Udalah Hazel mau tenggelem aja.

Jean tertawa melihat tingkah pujaan hatinya yang sedang salah tingkah ini. Diangkatnya wajah Hazel. Sudah ia duga. Wajah Hazel sudah sangat memerah seperti kepiting rebus sekarang.

Cup

Dengan cepat, Jean mencuri satu kecupan pada bibir Hazel. Hazel tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya, namun ia tidak bohong kalau ia menyukainya.

“Jeeee”

“Hm?”

“Lagi.”

Hazel tidak akan munafik. Kecupan Jean membuatnya candu.

“Yaampun sayang, kita masih di tempat umum loh. Pulang yuk, nanti di rumah aku kasih yang banyak.”

Hazel nyengir.

“Ayo!”

Hazel langsung menggandeng tangan Jean dan mereka pulang dengan perasaan bahagia yang kian membuncah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Fin.

--

--

rea
0 Followers

Hanya untuk konsumsi pribadi 🙏🏻 . write fanfic SKZ and Treasure character only